Long Time Ago......
Ketika
harus kembali memutuskan untuk pergi dari titik semula, aku tak
berpikir akan berpindah ke tempat yang baru, hanya keluar dan
berjalan, sama seperti apa yang kau lakukan. Tapi bukan tak mungkin
bagiku untuk memilih satu diantara sejumlah persimpangan yang kutemui
kelak, aku tak seperti kau, mungkin aku sedikit lebih lemah jika
dibandingkan denganmu.
Tapi haruskah kulakukan itu? bukankah bertahan
itu manis? menunggu itu belajar sabar? Selama ini aku ada pada
keduanya. Meskipun kamu seperti tak tentu kemunculannya. Datang sekejap,
lalu pergi begitu lama. Tak jarang suasana hatiku dibuat aneh, bahkan
terkadang aku sendiri tak mengerti harus berbuat apa.
Just Now..........
Tapi aku mengerti, semua hal yang ada pada dua jiwa begitu berbeda, jangankan dua, terkadang, bersama diri sendiri saja kita harus berperang. Dan memutuskan hal semacam diatasterkadang membuat aku lebih sering berperang melawan realita. ya, aku intuisi. Strong Intuitions. Tapi tak selamanya pula aku menjadi sebuah intuisi, terkadang aku harus berjalan keluar, menghapus pernyataan yang kukatakan bahwa "bertahan itu manis" dan "menunggu itu belajar sabar". Apalagi pada dua jiwa yang sama sekali tak bisa dikaitkan. Hanya intuisi yang mengaitkanmu denganku. Itu Bohong.
Sesungguhnya, kita tidak ditakdirkan untuk menghabiskan waktu dengan cara menuruti intuisi, menunggu, atau melakukan hal kosong yang tak bermanfaat. Bertahan memang manis. Terlalu manis sampai kau terlena dan menderita. Menunggu juga belajar sabar, tapi waktu hanyalah waktu, ia harus pergi sekarang juga. Life must go on. Hidup menarik waktu, dan waktu terseret, sementara kita harus berlari mengejarnya. Maka realita menunggu kita berlari mengejar waktu, jika tidak, kita akan selalu diam pada titik yang sama setiap harinya, bejibaku bersama fantasi si musuh realita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar