Surat untukmu,
Maaf, bertahun-tahun aku bersamamu. Begitu banyak kata yang telah
kutumpahkan, baik kata yang baik, maupun kata yang buruk. “Baik” ketika aku
senang, dan “buruk” ketika aku bersedih. Begitu banyak cerita yang sepertinya
jika tak kutumpahkan, aku akan meledak. aku tau, aku selalu tak menghargaimu
kala aku merasa sedih. Dan emosi dari
rasa sedih itu telah membuat aku lupa akan betapa berharganya kata, dan betapa
berharganya dirimu. Betapa mahalnya suasana yang tercipta, betapa mahalnya
suara hati yang mungkin hanya datang sesekali, bahkan bisa jadi tak pernah yang
langsung bisa kutuliskan padamu.
Maaf, untuk senyum yang muncul tenggelam dihadapanmu. Aku sedang banyak
belajar untuk mengendalikan emosi, agar emosi yang baik, tidak terlalu
berapi-api saat aku bahagia, begitupun juga,
emosi yang buruk tidak terlalu berlebihan saat aku bersedih atau marah. Aku
juga sedang mengontrol suara hatiku, agar jika aku menumpahkannya padamu,
semuanya mengalir tenang, tanpa terburu-buru, atau lamban, lalu berhenti
ditengah jalan.
Baiklah, "Ikrar mengikrar kata, merangkai seakan berdoa, tapi jika pupus,
aku bangkit dan menjadikanmu kenangan, serta penyimpan rahasia yang tak cukup
besar. Kata adalah baik, kata dan kamu adalah aku”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar