Hari ini,
Dimana selaksa puisi berjatuhan,
Memaksa tertumpah padaku, si suci ini.
“Ini aku, kata”, isi hatinya berkata.
Tapi si “kata” adalah banyak.
dan mereka berdesakan memenuhi ruang,
Ruang hati dan pikiran.
Memaksa keluar melalui tinta, atau tarian sekelompok
jari.
Pagi ini ia rindu,
Melukis firasat dengan kata
“Lagi-lagi, kau ikrarkan mereka, aku khawatir”
Tapi ia pantang menyerah
Kini begitu sarat dan membayang
Secarik bayang sama dengan secarik “aku”
“Sudah cukup, aku lelah”
Akhirnya ia berhenti pada garis terakhir
“Syukurlah”
“Ikrar mengikrar kata, merangkai seakan berdoa,
Tapi jika pupus harapan, aku terbuang, aku
dicaci dan dilupakan”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar