Sabtu, 25 November 2017

Kita ♡

Kita pernah bertemu diantara rintikan hujan
Juga pernah bertemu diantara adzan dan iqomah, lewat doa-doa kita.
Kita tidak pernah bermimpi bahwa kini yang membersamai, adalah apa yang sering kita doakan
Kita tidak pernah berlomba dan berharap penuh untuk saling dipertemukan
Kita tidak bertemu dalam senyum dan sapa, atau percakapan disengaja
Kita hanya bertemu dalam untaian doa yang melangit begitu saja
Terkadang, keajaiban datang di saat kita tidak dalam keadaan benar-benar menginginkannya
Tapi disaat kita ikhlas akan ketetapan terbaik-Nya ♡

#salmabisma #bertemudalamdoa

Bersamamu Hingga ke Surga


Aku ingin bersamamu hingga ke surga.
Melewati setiap fase suka dan duka.
Bersyukur saat bahagia, dan bersabar ketika terluka.
Aku ingin Allah ridha pada kita.
Sungguh, ridha Allah tergantung pada ridhamu.
Maka bimbinglah aku untuk lebih mengenal Allah.
Tuntunlah aku agar lebih dekat dengan-Nya.
Ajarkan aku untuk bisa memuliakan dan menghormatimu dengan baik.
Ajarkan untuk menjadi sebaik-baik perhiasan. 💍


#SalmaBisma
#BertemuDalamDoa ♥

Jumat, 12 Mei 2017

Aku ingin pulang, Ma..

Mama, aku ingin pulang..

pada waktu dimana aku pulang sekolah pukul sepuluh pagi.
dimana cahaya matahari masih terbersit hangat di jendela rumah kita.
Biasanya saat aku pulang, kudapati mama tengah menyiapkan makan siang untuk kami semua.
Aku senang sekali bisa ikut membantu mama pada momen tersebut.

Aku ingin pulang, Ma..
pada masa dimana semua terasa ringan. Dimana hari-hariku dihabiskan untuk bermain dan belajar. Dimana Mama mengajariku membaca dan membantuku mengerjakan PR. Dimana mama merapikan ujung buku LKS ku yang sering tergulung berantakan. Dimana Mama atau Apa mematikan TV pada setiap malam saat pekan Ujian Akhir Semester, lalu menemani kita belajar

Aku ingin pulang, Ma..
Pada waktu dimana aku baru saja mempunyai seorang adik laki-laki untuk pertama kalinya. Dimana saat itu, aku harus menjadi seorang anak yang lebih dewasa, kuat dan mandiri karena menjadi seorang kakak yg memiliki dua adik sebelum masuk ke Sekolah Dasar.

Aku ingin pulang, Ma..
pada waktu dimana mama membuatkan kami kue yang lezat, saat hujan turun untuk pertama kali setelah kemarau yang sangat panjang. Saat itu, aroma kue buatan mama tercium hingga ke ruang TV rumah kita. Semntara di luar sana, wangi tanah musim hujan mulai semerbak bersama gemericik air, syahdu rasanya.

Aku ingin pulang, Ma...
Dimana semua masih terasa kemurniannya, dimana aku masih melihat diriku tersenyum dengan polosnya, dimana semua hari-hari selalu berwarna dengan tawa tanpa ada sedikitpun beban.

Sungguh, Ma.
Waktu mengajarkanku betapa perjalanan yang kulalui memberikan begitu banyak pelajaran. Betapa pengalaman mengajarkanku untuk menjadi lebih kuat.

Dari mama aku belajar menjadi perempuan kuat dan mandiri.

Dari Apa, aku belajar menjadi wanita yang sabar dan pandai bersyukur, serta menjaga diri.

Dari kalian, aku belajar bahwa hidup adalah perjuangan, dan setiap detik adalah proses belajar.


Kamis, 11 Mei 2017

Aku Belum Separuh ♡


Repost from @nikahasik on Instagram


"Siapa yang menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi." (HR.Thabrani) Mungkin saat ini aku belum separuh, karenanya aku belum bertemu denganmu. Allah memintaku untuk bertakwa kepadaNya agar ku peroleh separuhku. Dalam penantian menunggu kamu datang, aku kan berusaha penuhi separuh itu. Bukan untuk mengejarmu, bukan. Karena aku yakin kamu kan datang tepat pada waktunya, disaat aku dan kamu sudah separuh, Allah kan pertemukan kita. Dalam penantian ini aku harus giat belajar agar aku menjadi wanita cerdas. Karena wanita adalah madrasah pertama bagi anaknya. Artinya, kecerdasanku lebih penting dari parasku. Dalam penantian ini aku harus mengerti bagaimana cara menjaga lisanku agar perkataanku tak menyinggung perasaanmu. Aku takut jika diam mu karena perkataanku akan menggiringku ke neraka. Dalam penantian ini aku harus belajar masak. Sedikit demi sedikit. Karena kamu berbeda denganku. Aku lebih suka bercerita banyak ketika ada masalah, sedang kamu lebih suka menyendiri dan diam. Barang kali kue kering dan jus kan sejukkan suasana. Dalam penantian ini aku harus belajar mengalah dan tidak membantah. Karena nanti kamu adalah imamku. Syurga kan ku dapatkan jika aku berbakti padamu. Dalam penantian ini aku harus terus memantaskan diriku di hadapanNya untuk dapatkan jodoh terbaik dari Nya.

By: @aayufuji

Rabu, 26 April 2017

Galau itu

Galau itu adalah ketika; Kita sholat, berdoa, membaca Al-quran, tetapi hati terasa jauh dengan Allah.

Sedih. Sedih ketika sudah seperti ini.

Tanya Hati, tanya iman.
Mungkin saja Allah sedang mengikat kita bersama dosa-dosa. Mintalah ampun pada-Nya. Sesungguhnya Allah maha pengampunn lagi maha penyayang. 😢😢

Selasa, 25 April 2017

Light


Begitu indahnya cara Allah menuntunmu padaku,
sampai-sampai aku merasa seperti berjalan menuju cahaya.

26-04-17 . 09:12 AM

Senin, 17 April 2017

Ilmu ✨

Ketika kita punya harta, kita yang menjaga harta.
Ketika kita punya ilmu, ilmu yang akan menjaga kita. (--Pak Harfan, Laskar Pelangi)

Maka ketika kita mendidik anak kita, yang di tekankan adalah :
"Apa yang akan kamu sembah setelah aku mati"
--- bukan ---
"Apa yang akan kamu makan setelah aku mati". (--Pesan Dosen #2)

Kamis, 13 April 2017

Pesan Dosen 1

Pesan salah satu dosen di semester 3:

"Jika menginginkan sebuah keluarga yang berakhlak baik, maka jadilah dan carilah seseorang yang berakhlak baik " ❤

Quotes by @mayastikasalma





Jumat, 07 April 2017

Semoga Allah menjagamu

Teruntuk yang sedang dalam perjalanan.
Semoga Allah senantiasa menjaga dan melindungimu dalam setiap perjuangan.

Rabu, 05 April 2017

Mas...

Bertemu dalam doa itu, menyenangkan, ya, Mas.
Kita tak perlu merasa khawatir karena ada Allah yang menjaga.
Karena hanya Allah satu2nya yang menjadi perantara.

Biarlah untuk saat ini seperti ini saja, tak ada saling sapa, tak  saling berkirim pesan, tak saling bertatap muka, apalagi mengobrol disengaja. Cukup bertemu dalam doa. Itu saja.

Serahkan pada Allah saja ya, Mas. Penantianku, perjuanganmu, semoga Allah selalu melindungi hingga saatnya tiba.

"Tiba" disini bisa jadi tak berakhir pada pertemuan, mungkin saja berujung pada perpisahan dan menemukan takdir terbaik masing-masing.

Wallahu 'alam bish shawab.

Sebaik-baik rencana kita, sekuat usaha dan doa kita, jika Allah berkehendak lain, maka kita bisa apa?

Sekali lagi, serahkan semuanya pada Allah ya, Mas. :")


Teruntuk, Mas..........
Mas.............


(Masih di lauhul mahfuzh namanya) 😄

Kamis, 30 Maret 2017

QUOTES by @mayastikasalma







Padamu, Kukatakan, Wahai Diri


Padamu, kukatakan, wahai diri,

Terus berbuat baik itu adalah tugasmu,
sementara pahala itu urusan Allah

Menyampaikan kebaikan itu adalah tugasmu,
sementara hidayah itu urusan Allah

Berjuang di jalan kebaikan itu adalah tugasmu,
sementara hasilnya itu urusan Allah

Berdoa sebanyak mungkin itu adalah tugasmu,
sementara terkabul atau tidaknya itu urusan Allah.

Kamu hanya perlu melakukan semuanya dengan ikhlas,

Berusaha - berdoa - Serahkan pada Allah.

Sesederhana itu.

Jika masih sulit, tanyakan pada hatimu:

"Masihkah Allah menjadi tujuan?"

Wahai diri, mari berjuang lebih keras lagi


#selfreminder



Takdir = Kejutan



Dalam perjuangan dan doa tak henti.
Kita tidak tahu doa mana yang akan kembali. 

Bahkan bisa jadi, 
hal yang datang itu ternyata belum pernah ada 
dalam doamu sama sekali.

Ketahuilah, takdir itu seperti sebuah kejutan. 
Tapi jangan menunggu kejutan itu tiba, 

karena ketika kamu begitu berharap, 
namun tak kunjung dapat,
kamu akan kecewa.

Allah maha tahu yang terbaik,
maka berharaplah hanya pada-Nya.

Selamat tinggal (dan kembali ?)


Aku hanya ingin mengucapkan selamat jalan pada perpisahan yang tak kumengerti, akan kembali atau tetap pergi. 

Pada musim gugur, aku belajar

Pada musim gugur yang menanti musim semi, 
aku belajar bersabar.

Meski daun-daunnya berjatuhan,
ia tak pernah mengeluh,
apalagi marah.

Pada ranting-ranting yang menanti bunga,
aku belajar kuat.

Meski angin berupaya menjatuhkannya,
ia tetap berdiri dan percaya akan satu janji:
Bunga kan bersemi sebentar lagi.

Rabu, 29 Maret 2017

Jika Rindu


Jika rindu, berdoalah.
Karena doa menenangkan hati.
Karena doa tahu kemana ia harus pergi.
Karena doa tak mengenal siapa yang kita doakan, 
melainkan seberapa tulus kita mendoakannya.

Selasa, 28 Maret 2017

Baik dihadapan Allah, sudahkah?


Terkadang kita lebih berhati-hati dan ingin selalu mempersembahkan yang terbaik dihadapan manusia.

Tapi, sudahkah kita berbenah & mempersembahkan yang terbaik dihadapan Allah?

Misalnya ketika akan pergi menghadap Allah untuk shalat. Sudahkah kita menggunakan pakaian terbaik yang kita miliki untuk beribadah kepada-Nya?

Mengingat ini, jadi teringat tentang percakapan dua orang adik kelasku di SMA, 4 tahun yg lalu.

A:"Mukena kamu terbalik tuh"

B: (melihat) "wah iya... ah biarin ah, males ngebenerinnya"

A:"jangan gitu... Kamu kalo ke pesta dandannya cantik, bajunya bagus... ari mau shalat menghadap Allah mukenanya kebalik"

B:"Iya ya astagfirullah"
(kemudian membetulkan mukenanya)

Terkadang kita pun seperti itu, dihadapan manusia, semuanya diperbaiki, semuanya dipoles, semuanya ditata agar terlihat 'baik'. Tapi ketika dihadapan Allah, terkadang sholat saja ditunda, pakaian untuk beribadah asal-asalan, sedekah menggunakan uang sisa-sisa kembalian, receh pula, dan lain sebagainya.  Astagfirullah :'(

Padahal.. yang memberikan pakaian kita itu siapa?
yang menjadikan kita bisa bergerak, melakukan berbagai aktivitas kita itu siapa?
bukan, bukan manusia... Allah lah yg kuasa atas segalanya yg terjadi pada hidup kita.

Lantas, sudahkah kita bersungguh-sungguh mengerjakan segala sesuatu karenaNya? hanya untuk mndapat ridhoNya?
Amalan apa yg sudah kita persembahkan & persiapkan untuk bekal nanti?

Kembali lagi kepada diri sendiri. Tanya hati, tanya iman.

#selfreminder :')

📝📝📝

Sabtu, 25 Maret 2017

:)


Pada hati yang tengah kau jaga, aku berterima kasih.

Jarak

Jarak hanya soal tempat dimana kamu berada, dan dimana aku berpijak
Sementara waktu adalah bagian dari sebuah jawaban
Dari keduanya, hanya Allah yang boleh berkehendak.

Dekat bertemu atau jauh berpisah.

Rabu, 22 Maret 2017

Perlawanan Terbaik

Dalam kecewa yang masih mengendap,
terdapat haru yang sesekali menyelinap
Betapa tidak, sebuah hadiah terbungkus ujian
pahit memang, tapi manis pada akhirnya

Pernahkah berniat baik, tapi dihempaskan?
Pernahkah menabung doa, lalu terkabulkan?
Dan dari keduanya, terjadi dalam satu waktu.
Entah harus kecewa, atau bahagia.

Hingga pada akhirnya, aku mengerti
Hati tak perlu merasa kecewa, selama masih bisa memaafkan
Hati tak perlu merasa sedih, selama masih banyak hal untuk disyukuri
Hati tak perlu marah, selama masih bisa bahagia karena bersyukur

Tidak.
tidak ada yang perlu disesali,
ujian hadir agar kita menjadi lebih kuat
ujian hadir agar kita membuat pilihan
menyerah pergi tak peduli - atau - bangkit lalu mengikhlaskan

Karena perlawanan terbaik adalah menjadi lebih baik.

Menjaga 💎

Aku ingin menjadi wanita yang menjaga, 
sebagaimana kamu yang 
menjaga hati dan pandanganmu 
Sebelum Allah 
mempertemukan kita.

👸

Dear, anakku 2 👣

Pernah, pernah sudah rindu pada sosok yg bahkan belum ada, masih di surga-Nya.

Pernah, pernah bersiap untuk bertemu dengannya. Belajar menjadi sesosok yg 'nyaman' ketika dia berada disisi.

Pernah, pernah belajar memahami dan berjanji pada diri, kelak tak kan menjadi seperti sebuah kegagalan yg pernah terlihat, bahkan teralami.

Pernah, pernah mengumpulkan cahaya, untuk kelak melihatnya menjadi cahaya.

Pernah, pernah bahkan masih hingga kini, rindu itu masih ada, terkadang menjadi air mata yg tak terasa.

Untuk saat ini, biarlah doa yg menyimpan segala rindu. Untuk kelak Allah pertemukan di waktu yg tepat, denganmu, calon anakku yg kini masih dalam dekapan-Nya.

Doa 🍃

Dari fajar berganti senja, 
dari biru berganti jingga, 
dan seterusnya, 
disanalah doaku berada. 
Tak pernah henti, dan setia.

Dear,- entah kamu - ❤

Dear, seseorang yang tertulis di lauh mahfuzh bersama namaku.
Siapapun dirimu, terima kasih telah menjadikanku bagian dari doamu. Akupun akan tetap sama :')

Terima kasih telah menjaga hati sekuat ini. Bertahanlah untuk menemui ketetapan-Nya. Semoga Allah mempertemukan di waktu yang tepat, dengan jalan yang baik, dan dalam kondisi sebaik-baiknya. Entah itu di dunia, atau di akhirat :')

Mari saling mendoakan yang terbaik. Untuk saat ini, biarlah perjuangan dan doa yang bicara ☺

@mayastikasalma 🌸

Dear, anakku 👣

Dear, Anakku.
Ibu sedang berusaha menjadi yg terbaik hari ini. Agar kelak bisa melahirkan seorang anak yang cantik/tampan dan sholeh/ah.

Maafkan, ibu memang bukan wanita yang bisa dikenal banyak orang. Ibu hanya wanita biasa yang bertahan karena ibu harus kuat hari ini, untuk kelak dapat melahirkan dan memeliharamu dengan baik.

Ibu ingin melihatmu tumbuh dan berkembang tanpa sedikitpun ada hal yang luput dari penjagaan ibu.

Ibu merindukanmu, Nak. :')
Doakan agar ayah segera menemukan Ibu. :) ❤

23-11-2016 21:34

Selasa, 21 Maret 2017

👨👩❤

Ma, pa.
Ternyata seperti ini perjalanan hidup.
Semakin dewasa, semakin banyak pilihan.
Semakin dewasa, semakin banyak belajar mengerti.

Dan ini mungkin belum seberapa, dibandingkan perjalanan Mama dan Apa dalam membesarkan kami.

Terlalu banyak kisah, ujian, tantangan, pilihan, rintangan, dan masih banyak lagi. Baik yang sudah berlalu, maupun yang masih menjadi masa depan yg kalian khawatirkan.
Tapi kalian berhasil melewatinya dengan baik.

Maafkan, aku belum sepenuhnya bisa menjadi yang terbaik. Aku hanya terus berusaha melakukannya.

Semoga dengan doa yang tak henti terpanjatkan, Allah menjaga kalian dan keluarga kita, kapanpun dan dimanapun kita berada.

Semoga kelak kita bisa dipertemukan dan berkumpul kembali, di surgaNya.

aamiiin. 🙏

Jumat, 20 Januari 2017

Mimpi

Suatu malam aku bermimpi. Entah untuk ke berapa kalinya. Di dalam mimpi itu, kita dan beberapa teman lain sedang berada di dalam kelas. (Aku lupa bagaimana alur cerita lebih lengkapnya). Yang kuingat, ketika aku sedang duduk, kau memberikanku secarik kertas. Aku menerima dan segera membukanya. Aku seketika terdiam setelah membaca isinya, seiring dengan gerakan kepalaku yang menatapmu pergi. Dalam kertas kecil itu tertulis;

"Malu sama Allah"

:')

Bersambung..........


Senin, 09 Januari 2017

Najma yang Berharga ✩

Hari ini aku terharu sekaligus sesak. Entahlah. Berawal dari memandang salah satu anak didikku sedang berwudhu. Aku terharu ia sudah banyak perkembangan dari awal masuk ke sekolah kami. Anak yang satu ini istimewa bagiku. Aku sangat berhati-hati apapun yang terjadi padanya, lebih dari pada anak-anak yang lain. Bukan karena aku memanjakannya, atau menyayanginya lebih, semua sama bagiku, rasa sayang ke semua anak tak ada bedanya. Hanya saja mungkin aku lebih memperhatikan dia dibandingkan anak yang lain, karena kataku tadi, dia istimewa.
***
Aku kaget dan hatiku seperti teriris mendengarnya, ketika kutahu kabar itu. Sudah lama, sekitar satu tahun yang lalu, ketika anak ini pertama kali mendaftar di sekolah sederhana kami. Saat itu Orang tua (Ibunya) anak ini menyerahkan formulir yang sudah diisi padaku, kemudian aku menjelaskan mengenai sekolah kami, juga informasi yang lainnya. Setelah selesai, masih di muka pintu, beliau berkata:
“Ukhti, maaf Kalau Najma (sebut saja namanya Najma, disamarkan) tidak bisa masuk sekolah, bukan karena malas atau apa, karena Najma harus ke rumah sakit”.
“Oh iya tidak apa-apa bu, memangnya Najma sakit apa ya kalau boleh tahu?”, tanyaku spontan. Masih diambang pintu, percakapan hening sejenak, aku melihat Ibu Najma seakan kelu mengucapkannya dengan mata sedikit berkaca-kaca dan bibir bergetar, ia menjawab “Itu….. thalassemia.” Aku menatap Ibu Najma sejenak, seakan tidak percaya, sedih, sakit rasanya, tiba-tiba ingin menangis disitu juga, tapi tak kuasa.  Aku terdiam hingga tak sadar anak-anak sudah berlarian masuk ke dalam kelas, aku mengungkapkan permintaan maafku kalau-kalau pertanyaan itu terdengar kurang pantas atau malah membuatnya sedih, tak lupa mendoakan Najma. Ibu Najma pamit, berlalu, kelas dimulai.
***
Sejak saat itu, aku lebih berhati-hati memperlakukan Najma. Najma saat itu masih berusia 5 tahun , Ia anak yang baik, penurut, tidak banyak bicara seperti yang lainnya. Ia baru masuk taman kanak-kanak tahun ini. Wajahnya terlihat sayu pembawaannya terlihat selalu lemah dan lesu. Aku memakluminya karena aku tahu itu bagian dari gejala penyakit yang dideritanya. Aku selalu berusaha membuatnya tersenyum. Aku tidak ingin membiarkannya melakukan pekerjaan yang berat. Biarlah, bagiku, kehadirannya di sekolah kami pun sudah sangat berarti :’)
Sesungguhnya dalam diri Najma terdapat semangat yang sangat besar, karena aku dapat melihat dari data kehadiran Najma yang tak pernah absen, kecuali hanya ketika sakit dan pergi ke rumah sakit untuk transfusi darah satu bulan sekali. Bahkan belakangan ini menjadi 2-3 minggu sekali.
Najma anak yang rajin, ia mudah menyerap apa yang dipelajarinya, seperti nama-nama huruf hijaiyah dan hafalan surat-surat pendek. Meskipun suaranya tenggelam, kalah oleh suara anak-anak lain yang lebih lantang saat membaca hafalan surat-surat pendek bersama-sama, tapi aku bisa membaca melalui gerakan bibirnya, ia mengikuti bacaannya. MasyaAllah. Aku bahagia sekali.
Ketika istirahat berlangsung, tak jarang Najma hanya diam di dalam kelas, tidak seperti teman-temannya yang aktif bermain kejar-kejaran atau petak umpet, atau berlarian kecil menuju lapangan depan masjid. Aku pun tak ingin membiarkan Najma sendirian, kuminta satu atau dua anak perempuan mengajaknya istirahat diluar, tak lupa untuk menggandengnya dan berjalan hati-hati tanpa harus berlarian. Aku senang teman-temannya pun mengerti dengan kondisi Najma.
Tak jarang teman-temannya saling berbagi makanan, mengambilkan meja untuk Najma, atau hanya sekedar mengumpulkan buku milik Najma. Aku bahagia memiliki anak-anak didik seperti mereka, mudah-mudahan bisa terus seperti ini ya.
Bersambung……..


Beloved People I Called: Family❤

Malam itu, seperti dua hari sebelumnya, aku tidur terlalu larut, yaitu sampai jam dua dini hari demi mengerjakan project film bahasa inggris sebagai tugas UAS di kampus. Padahal, besoknya aku harus kembali ke Bandung untuk pergi kuliah. Tapi, mau tidak mau, harus kulakukan agar semuanya dapat selesai dengan baik.

Pagi itu, diawali dengan mama yang membangunkanku lima menit sebelum alarm HP-ku berbunyi. MasyaAllah mama memang alarm terbaik sepanjang masa. Aku lekas bangun dan 'sadar' bahwa aku harus bergegas, bersiap-siap untuk kemudian berangkat sepagi mungkin, karena jarak Subang - Bandung itu tidaklah dekat mengingat kuliah masuk pukul 07.30. Sambil masih terkantuk-kantuk dan rasa penat yang sulit dihindari masih melekat, aku memaksakan diri. Segera bangkit dan pergi ke kamar mandi. 

Selesai aku mandi aku mendapati mama kembali dari membelikan sarapan untuk aku dan Apa, (APA adalah sapaanku untuk ayah) Seawal itu, bahkan ini belum masuk waktu subuh. Mama mengingatkanku untuk sarapan terlebih dahulu, tapi aku masih harus menyelesaikan tugasku yang semalam belum rampung. Ditambah masih sibuk mempersiapkan barang dan perlengkapan yang harus kubawa. 

Aku agak panik karena hari ini ada tiga mata kuliah yang ketiganya adalah tugas tugas yang harus diselesaikan dan dipersiapkan terlebih dahulu sebelum dipresentasikan / di tes. Dan dari ketiganya, aku baru menyelesaikan satu tugas yang sudah benar-benar siap. Aku panik, tapi tidak lama karena kemudian berusaha menenangkan diri serta tetap memohon pertolongan Allah.

Pukul 05.30.
Setelah selesai mempersiapkan diri dan segala perlengkapan. Aku berencana pergi ke Subang kota dengan diantar oleh Apa. Ya, karena aku akan terlambat mendapatkan mobil jurusan Bandung yang akan berangkat lebih pagi jika aku tidak diantar oleh Apa menggunakan motor, mengingat jarak rumahku ke Subang kota adalah 16 KM lebih. 

Maafkan aku, Pa.. sejujurnya aku tidak ingin menyusahkanmu. 

Padahal sebelumnya aku telah meminta untuk diantar adikku yg laki-laki saja, agar Apa tetap di rumah dan bisa bersepeda pagi sesuai dengan jadwalnya hari itu. 
Tapi Apa tidak mengizinkan dan lebih memilih mengantarkanku langsung. Soal ini, kurasa apa mengkhawatirkan adikku. Padahal aku yakin kami akan baik-baik saja dan adikku juga sudah biasa menjemputku ketika aku pulang dan tiba malam hari. Tapi Apa tetap khawatir pada kami, akhirnya Apa memutuskan bahwa ialah yang akan mengantarkanku.

Saat aku akan berangkat, berkali-kali aku masuk ke dalam rumah dan berkata pada adik perempuanku: "Ingatkan aku apa lagi yang harus kubawa"

Ia menjawab :"Dompet? Kunci? Garn*er? Charger?"

"Oh iya charger", dengan cepat aku mencarinya, akhirnya kutemukan kabelnya saja, ah, tak apa, pikirku, kurasa aku masih punya satu di sana.

Disaat panik seperti itu aku tak dapat memastikan 'semua' barangku sudah lengkap masuk ke dalam tas. Malam sebelumnya pun tak sempat kupersiapkan karena aku mengerjakan tugas Project film yang lama sekali rampungnya itu. 

Setelah selesai, aku berpamitan kepada mama.

"Kuenya belum sempat di buat, lain kali saja ya"

Mama berencana membuatkan kue untuk kubawa sebagai bekal. Tapi ia tak sempat membuatnya karena aku pun mengerti, aku akan pergi sepagi ini sementara membuat kue membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Aku mengerti, tidak masalah, Ma. 

Aku berpamitan, mencium tangannya lalu pergi ke depan, dimana Apa telah menungguku,

Seperti biasa, apa bertanya:

"Teu aya nu kakantun?"
"InsyaAllah atos sadayana"
"Hape, kade.."
Segera aku mengecek tasku, kudapati HP ku disana.
"Aya,Pa.."

Segera aku naik ke motor. Selama dalam perjalanan, Apa tidak banyak bicara seperti biasanya, hanya terkadang bertanya tentang kuliahku, pekerjaanku, dan juga mengkhawatirkan mengapa aku terbatuk-batuk saat itu. Tak lupa menasihatiku atas jawaban dari setiap pertanyaannya. Juga mengingatkanku agar banyak minum air putih. (Salah satu hal yg paling sering kedua orang tuaku ingatkan kepada kami, anak2nya)

Diboncengi Apa, jadi teringat saat aku masih kecil. Aku sering diajak jalan-jalan oleh Apa menggunakan sepeda, juga motor (ketika sudah ada). Keluarga kami bukanlah keluarga yang sering menghabiskan waktu di tempat wisata atau tempat liburan yang menyenangkan, cukup menghabiskan waktu di rumah, menikmati masakan ibuku, atau sekedar berkumpul di ruang TV pun adalah hal yang tak ternilai harganya. Termasuk diboncengi Apa pergi jalan-jalan adalah salah satu hal yang membahagiakan bagi masa kecilku, dan kurasa bagi masa kecil kakak dan adikku juga.

Sepanjang perjalanan aku menikmati hembusan angin pagi, juga pemandangan langit  yang mempesona, jingga, biru, pink... semuanya ada disana berkolaborasi menjadi sentuhan yang tak bisa terelakkan keindahannya. Semakin jauh, kendaraan yang kutumpangi melaju menembus jalanan, cahaya semakin terang karena mentari mulai menyeruak, hendak menampakkan dirinya diufuk timur. Hangat, rasanya... momen yang tak bisa kucampakkan begitu saja. Hingga saatnya kami berada di atas jalan layang, lebih tepatnya jalan yang melintang di atas jalan tol Cipali, Aku dapat melihat lebih jelas lukisan Allah itu, maka dengan usaha seadanya kupotret menggunakan kamera ponsel yang ternyata hasilnya pun blur. (Tak apa, setidaknya aku sudah berusaha mengabadikan momen, hehe.)

Ah, Apa... momen saat itu tak bisa kudapatkan lagi dengan mudah mengingat waktu dan jarak yang sudah lebih sering memisahkan kita. Juga, aku bukan anak kecil lagi sekarang, seharusnya akulah yang melakukan kebahagiaan itu untukmu :')

Setengah jam lebih akhirnya aku tiba di tempat dimana mobil jurusan Bandung yg menjadi tujuanku itu berada. Awalnya aku sempat khawatir akan terlambat, mengingat biasanya elf atau kendaraan umum akan menunggu penumpang sangat lama, tapi dengan saran ibu dan kakakku yang sudah pernah naik di tempat ini, maka aku lega dan bisa lebih tenang saat menumpanginya.

Aku masuk ke dalam elf, memilih tempat yang dekat dengan pintu keluar. Baru ada 5 penumpang saat itu. Tapi entah kenapa aku tetap merasa tenang, dan percaya bahwa mobil ini akan segera berangkat. 

Meskipun begitu, aku masih tetap memohon pertolongan dan perlindungan-Nya agar perjalananku juga semua urusanku hari ini dapat berjalan dengan lancar. Karena aku tau, tanpa-Nya, aku mungkin tak akan bisa sampai ke sini, detik ini.

Apa meng-SMSku,
"Atos aya penumpangna? Apa di gang Palab*an ngantosan infona"

"Atos ayaan tapi teu acan pinuh.."

"Sabar + doa tong hilap".

Ternyata Apa menungguku di tempat yang tidak terlalu jauh dari tempat aku turun, memastikan mobil yang kutumpangi sudah dipenuhi penumpang, lalu berangkat dengan selamat. Ah apa, lagi-lagi... :')  

Tak lama setelah SMS Apa itu, penumpang berdatangan satu persatu, hingga akhirnya penuh dan kemudian mobil berangkat, akupun segera mengSMS Apa bahwa mobilku sudah akan pergi. 

Perlahan mobil itu melaju, menjauh dari tempatnya semula, meninggalkan Apa yang menungguku di suatu tempat, meninggalkan kota kelahiranku. 

Ah, sedih rasanya. 
Masih ingin berada di rumah. 
Masih ingin bersama mereka. 
Masih ingin menghabiskan waktu bersama adik-kakak-dan keponakan-keponakanku yang lucu. 
Masih ingin bersepeda sore bersama adik perempuanku.
Masih ingin ingin melukis bersama adik laki-lakiku.
Masih ingin menyempatkan membuat kue.
Masih ingin menyempatkan membersihkan taman.
Masih ingin melihat bunga pink bermekaran lebih banyak lagi, mengingat dua hari sebelum aku pergi, bunga itu sudah bermunculan karena hujan yang mengguyur mereka malam harinya.
Ah....masih banyak lagi yang sangat ingin dilakukan di rumah. Belum sempat terceklis semua daftar "to do list" yang pernah kubuat.

Memang benar, waktu tak dapat berhenti, atau bahkan kembali lagi, kecuali sang pemilik waktu benar-benar menghendakinya. Kesempatanku sudah habis kali ini, tapi bukan berarti telah berakhir.

Dan yang harus aku lakukan adalah... tentu saja; BERSYUKUR
Bersyukur karena Allah masih memberikan waktu untuk dapat bertemu dengan orang-orang yang kucintai, di tempat yang aku sangat nyaman tinggal didalamnya.
Bersyukur karena masih sempat melihat mereka dalam keadaan sehat dan bahagia. 
Bersyukur karena masih bisa ada untuk mereka.
Bersyukur untuk hal sederhana yang ternyata mempesona.
Bersyukur, bersyukur, bersyukur.. Karena kita tidak tahu, hidup yang terkadang kita keluhkan ini, mungkin saja adalah hidup yang sangat orang lain inginkan. Masya Allah.

- فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ -

"Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"
(Q.S.Ar-rahman)