Senin, 09 Januari 2017

Najma yang Berharga ✩

Hari ini aku terharu sekaligus sesak. Entahlah. Berawal dari memandang salah satu anak didikku sedang berwudhu. Aku terharu ia sudah banyak perkembangan dari awal masuk ke sekolah kami. Anak yang satu ini istimewa bagiku. Aku sangat berhati-hati apapun yang terjadi padanya, lebih dari pada anak-anak yang lain. Bukan karena aku memanjakannya, atau menyayanginya lebih, semua sama bagiku, rasa sayang ke semua anak tak ada bedanya. Hanya saja mungkin aku lebih memperhatikan dia dibandingkan anak yang lain, karena kataku tadi, dia istimewa.
***
Aku kaget dan hatiku seperti teriris mendengarnya, ketika kutahu kabar itu. Sudah lama, sekitar satu tahun yang lalu, ketika anak ini pertama kali mendaftar di sekolah sederhana kami. Saat itu Orang tua (Ibunya) anak ini menyerahkan formulir yang sudah diisi padaku, kemudian aku menjelaskan mengenai sekolah kami, juga informasi yang lainnya. Setelah selesai, masih di muka pintu, beliau berkata:
“Ukhti, maaf Kalau Najma (sebut saja namanya Najma, disamarkan) tidak bisa masuk sekolah, bukan karena malas atau apa, karena Najma harus ke rumah sakit”.
“Oh iya tidak apa-apa bu, memangnya Najma sakit apa ya kalau boleh tahu?”, tanyaku spontan. Masih diambang pintu, percakapan hening sejenak, aku melihat Ibu Najma seakan kelu mengucapkannya dengan mata sedikit berkaca-kaca dan bibir bergetar, ia menjawab “Itu….. thalassemia.” Aku menatap Ibu Najma sejenak, seakan tidak percaya, sedih, sakit rasanya, tiba-tiba ingin menangis disitu juga, tapi tak kuasa.  Aku terdiam hingga tak sadar anak-anak sudah berlarian masuk ke dalam kelas, aku mengungkapkan permintaan maafku kalau-kalau pertanyaan itu terdengar kurang pantas atau malah membuatnya sedih, tak lupa mendoakan Najma. Ibu Najma pamit, berlalu, kelas dimulai.
***
Sejak saat itu, aku lebih berhati-hati memperlakukan Najma. Najma saat itu masih berusia 5 tahun , Ia anak yang baik, penurut, tidak banyak bicara seperti yang lainnya. Ia baru masuk taman kanak-kanak tahun ini. Wajahnya terlihat sayu pembawaannya terlihat selalu lemah dan lesu. Aku memakluminya karena aku tahu itu bagian dari gejala penyakit yang dideritanya. Aku selalu berusaha membuatnya tersenyum. Aku tidak ingin membiarkannya melakukan pekerjaan yang berat. Biarlah, bagiku, kehadirannya di sekolah kami pun sudah sangat berarti :’)
Sesungguhnya dalam diri Najma terdapat semangat yang sangat besar, karena aku dapat melihat dari data kehadiran Najma yang tak pernah absen, kecuali hanya ketika sakit dan pergi ke rumah sakit untuk transfusi darah satu bulan sekali. Bahkan belakangan ini menjadi 2-3 minggu sekali.
Najma anak yang rajin, ia mudah menyerap apa yang dipelajarinya, seperti nama-nama huruf hijaiyah dan hafalan surat-surat pendek. Meskipun suaranya tenggelam, kalah oleh suara anak-anak lain yang lebih lantang saat membaca hafalan surat-surat pendek bersama-sama, tapi aku bisa membaca melalui gerakan bibirnya, ia mengikuti bacaannya. MasyaAllah. Aku bahagia sekali.
Ketika istirahat berlangsung, tak jarang Najma hanya diam di dalam kelas, tidak seperti teman-temannya yang aktif bermain kejar-kejaran atau petak umpet, atau berlarian kecil menuju lapangan depan masjid. Aku pun tak ingin membiarkan Najma sendirian, kuminta satu atau dua anak perempuan mengajaknya istirahat diluar, tak lupa untuk menggandengnya dan berjalan hati-hati tanpa harus berlarian. Aku senang teman-temannya pun mengerti dengan kondisi Najma.
Tak jarang teman-temannya saling berbagi makanan, mengambilkan meja untuk Najma, atau hanya sekedar mengumpulkan buku milik Najma. Aku bahagia memiliki anak-anak didik seperti mereka, mudah-mudahan bisa terus seperti ini ya.
Bersambung……..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar