Hari
ini aku terharu sekaligus sesak. Entahlah. Berawal dari memandang salah satu
anak didikku sedang berwudhu. Aku terharu ia sudah banyak perkembangan dari
awal masuk ke sekolah kami. Anak yang satu ini istimewa bagiku. Aku sangat
berhati-hati apapun yang terjadi padanya, lebih dari pada anak-anak yang lain.
Bukan karena aku memanjakannya, atau menyayanginya lebih, semua sama bagiku,
rasa sayang ke semua anak tak ada bedanya. Hanya saja mungkin aku lebih
memperhatikan dia dibandingkan anak yang lain, karena kataku tadi, dia
istimewa.
***
Aku
kaget dan hatiku seperti teriris mendengarnya, ketika kutahu kabar itu. Sudah
lama, sekitar satu tahun yang lalu, ketika anak ini pertama kali mendaftar di
sekolah sederhana kami. Saat itu Orang tua (Ibunya) anak ini menyerahkan formulir
yang sudah diisi padaku, kemudian aku menjelaskan mengenai sekolah kami, juga
informasi yang lainnya. Setelah selesai, masih di muka pintu, beliau berkata:
“Ukhti,
maaf Kalau Najma (sebut saja namanya Najma, disamarkan)
tidak bisa masuk sekolah, bukan karena malas atau apa, karena Najma harus ke
rumah sakit”.
“Oh
iya tidak apa-apa bu, memangnya Najma sakit apa ya kalau boleh tahu?”, tanyaku
spontan. Masih diambang pintu, percakapan hening sejenak, aku melihat Ibu Najma
seakan kelu mengucapkannya dengan mata sedikit berkaca-kaca dan bibir bergetar,
ia menjawab “Itu….. thalassemia.” Aku menatap Ibu Najma sejenak, seakan tidak
percaya, sedih, sakit rasanya, tiba-tiba ingin menangis disitu juga, tapi tak
kuasa. Aku terdiam hingga tak sadar
anak-anak sudah berlarian masuk ke dalam kelas, aku mengungkapkan permintaan
maafku kalau-kalau pertanyaan itu terdengar kurang pantas atau malah membuatnya
sedih, tak lupa mendoakan Najma. Ibu Najma pamit, berlalu, kelas dimulai.
***
Sejak
saat itu, aku lebih berhati-hati memperlakukan Najma. Najma saat itu masih
berusia 5 tahun , Ia anak yang baik, penurut, tidak banyak bicara seperti yang
lainnya. Ia baru masuk taman kanak-kanak tahun ini. Wajahnya terlihat sayu
pembawaannya terlihat selalu lemah dan lesu. Aku memakluminya karena aku tahu
itu bagian dari gejala penyakit yang dideritanya. Aku selalu berusaha
membuatnya tersenyum. Aku tidak ingin membiarkannya melakukan pekerjaan yang
berat. Biarlah, bagiku, kehadirannya di sekolah kami pun sudah sangat berarti
:’)
Sesungguhnya
dalam diri Najma terdapat semangat yang sangat besar, karena aku dapat melihat dari
data kehadiran Najma yang tak pernah absen, kecuali hanya ketika sakit dan
pergi ke rumah sakit untuk transfusi darah satu bulan sekali. Bahkan belakangan
ini menjadi 2-3 minggu sekali.
Najma
anak yang rajin, ia mudah menyerap apa yang dipelajarinya, seperti nama-nama huruf
hijaiyah dan hafalan surat-surat pendek. Meskipun suaranya tenggelam, kalah oleh
suara anak-anak lain yang lebih lantang saat membaca hafalan surat-surat pendek
bersama-sama, tapi aku bisa membaca melalui gerakan bibirnya, ia mengikuti
bacaannya. MasyaAllah. Aku bahagia sekali.
Ketika
istirahat berlangsung, tak jarang Najma hanya diam di dalam kelas, tidak
seperti teman-temannya yang aktif bermain kejar-kejaran atau petak umpet, atau
berlarian kecil menuju lapangan depan masjid. Aku pun tak ingin membiarkan Najma
sendirian, kuminta satu atau dua anak perempuan mengajaknya istirahat diluar,
tak lupa untuk menggandengnya dan berjalan hati-hati tanpa harus berlarian. Aku
senang teman-temannya pun mengerti dengan kondisi Najma.
Tak
jarang teman-temannya saling berbagi makanan, mengambilkan meja untuk Najma,
atau hanya sekedar mengumpulkan buku milik Najma. Aku bahagia memiliki
anak-anak didik seperti mereka, mudah-mudahan bisa terus seperti ini ya.
Bersambung……..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar