"Aku akan bahagia karena aku adalah seorang penyair.
Seorang penyair bersandiwara dengan fitrahnya.
Ia akan merasakan kenikmatan dengan memakai pakaian yang bukan jubahnya,
menampakkan perasaan jiwa yang bukan kata hatinya.
Ia berperan sebagai orang gila, padahal ia orang yang cerdas.
Berperan sebagai pemberani, padahal ia pengecut.
Berperan bahagia, padahal ia.... menderita.
Ia juga bisa berperan sebagai pencinta,
yang menekan getaran cinta dihati untuk kebahagiaan orang lain.
Dia akan mendengar suara kalbuku yang terucap dari mulutmu,
merasakan jiwa dan ruhku dari tubuhmu. Meminum perasaan sukmaku dari gelasmu, menyanyikan irama laguku, tetapi dari kenyaringan suaramu”
"Berbahagialah orang yang berusaha menjauhi istana raja sekuat tenaga
penuntut ilmu yang jauh dari keluarga
mengembara ke tempat yang jauh, melepas beban hidup
tidak melihat apapun, selain keindahan alam semesta" (Monvolery)“Aku berjalan sendirian
Ketika bulan berjalan di kubah langit
Secercah cahaya berpendar di gurun pasir
Tiba-tiba cahayanya tertutup awan
Bumi menjadi gelap gulita dan kelam
Tak seorang pun dapat melihat cahaya
Yang lebih jauh dari tempatnya berpijak
Aku tahu sedang menghadapi bahaya besar, tapi aku hanya akan berperang melawan penguasa lalim
Yang ingin menendangku dengan kakinya seperti menendang jalan semut
Atau jika ingin mencengkeramku diantara
taring-taringnya,Ia adalah kerabat kardinal
Kardinal adalah dewa di perancis
Kulalui waktu dalam keadaan lemah
Aku berkata pada diri sendiriSungguh, telah kukatakan pada jiwamu,
duhai lelaki miskin, pencari maut.
Telah kuletakkan jari-jarimu di kerindangan pohon.
Tidak seorangpun akan menyangka...Terserah apa keinginanmu,
tetapi aku terpaksa, tidak tahan.
aku berkata dengan diri sendiri,
Melangkahlah dengan bebas,
Wahai orang Ceskonia
Teruslah maju dan jangan perdulikan penghalang jalanmu
Laksanakan kewajiban yang diamanatkan padamu
Seperti kelakuan orang-orang yang bebas dan terhormat
Jelaslah bagiku, aku lebih cerdik dalam segala hal
Jika kepedihan dan kesulitan menyergapku
dan malam gelap gulita ini menyantapku
kesulitan harus dihadapi dengan tebasan pedang
kuselamatkan jiwaku, melewati wajah demi wajah... " (Sreno de Borjork)
Kamis, 26 Februari 2015
Kutipan Syair dalam Novel "Sang Penyair" Karya Musthafa Luthfi Al-Manfaluthi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Bagus. Beli novelnya dimana ya?
BalasHapusIya novelnya bagus. Saya dlu juga pinjem dari temen mas. Coba aja cari d toko2 buku besar kyk gramedia...
HapusNgga ada di gramedia.. sdh bbrp outlet gramedia yg saya kunjungi tapi tidak nemu.. dulu saya sih punya bukunya.. hanya saja sdah lama saya berikan pd kenalan.. sampai 8 tahunan belum pernah dipertemukan lagi..
HapusDulunya prn baca saya...sampe nangis darah ttg pengorbanan sreno pd rokisan...klo mw beli buku ini dimana ya...mksh bt infonya
BalasHapusNovel yg paling berkesan yg pernah aku baca.
BalasHapusPertama Nemu (pinjem) diperpustakaan sekolah sekitar th 2001. (Jadi berasa tua)
Keren kog alur ceritanya.