
Suatu hari saat masih kelas tujuh itu, ada seseorang yang
meng-SMS ku. Orang itu mengaku-ngaku sebagai fujisawa. Tentu saja aku merasa
senang. Akhirnya orang yang tidak pernah menyapaku sedikitpun bisa menyapaku
kali ini, meski hanya lewat sebuah pesan. Beberapa hari, aku bertukar pesan
dengan seseorangyang kuanggap Fujisawa tersebut dan aku percaya bahwa dia itu
memang fujisawa. Tapi beberapa hari berikutnya aku mulai curiga. Karena
fujisawa dengan kata-katanya di SMS sangat berbeda dengan fujisawa yang
terlihat pada kenyataannya (di kelas). Dia tidak pernah melihatku sedikitpun.
Pernah sekali aku menyapanya saat sepulang sekolah. Tapi respon cuek yang
kudapatkan. Seperti tidak pernah mengobrol denganku sebelumnya. Aku mulai tidak
percaya. Akhirnya aku memaksa pada sosok dibalik SMS itu untuk mengaku siapa
dia sebenarnya. Dugaanku benar. Dia bukan fujisawa. Dia adalah Kitano (nama
samaran) teman sekelasku yang lain. Tidak begitu baik perasaanku setelah tahu
hal itu. Entahlah.
Enam tahun berlalu. Kami sudah lulus SMA sekarang.
Orang-orang sibuk dengan hidupnya masing-masing, ada yang kuliah, bekerja,
bahkan yang sudah menikahpun ada (kebanyakan teman perempuanku semasa SD/SMP).
Sepanjang tahun itu aku sudah melihat beberapa teman SMPku di media sosial.
Tapi hanya beberapa yang saling berkirim pesan, menyapa, atau sekedar bertanya
kabar dan seterusnya. Yang lainnya, aku hanya melihat mereka dalam
status-status mereka yang melintas diberandaku. Termasuk fujisawa, yang tidak
pernah berkirim pesan denganku, hanya sesekali saling melike, mengkomentar,
atau mengucapkan selamat ulang tahun di wall kita satu sama lain.
Senin, 29 Desember 2014 (22:00)
Malam itu aku tidak bisa tidur. Padahal ini sudah cukup larut. Aku memutukan untuk online sehingga mataku bisa cepat tertidur. Ada beberapa teman yang aktif saat itu. Termasuk fujisawa. Iseng aku memulai percakapan.
Malam itu aku tidak bisa tidur. Padahal ini sudah cukup larut. Aku memutukan untuk online sehingga mataku bisa cepat tertidur. Ada beberapa teman yang aktif saat itu. Termasuk fujisawa. Iseng aku memulai percakapan.
“Fujisawa... jam berapa disana sekarang?”
“jam 02.00 dini hari sal..”
“wah.... berarti kamu bergadang ya”
“iya mumpung libur, kamu sendiri belum tidur?"
“iya, belum ngantuk.”
Dan seterusnya hingga percakapan itu merupakan percakapan
terpanjang yang pernah kita lakukan selama enam tahun terakhir. Iya, karena itu
pertama kalinya bisa mengobrol selama itu dan begitu banyak topik sudah kami
bahas. Ajaib.
Didalam percakapan itu aku bercerita semuanya. Tentang si
pengirim SMS misterius yang mengaku-ngaku sebagai dirinya beberapa tahun lalu.
Sudah lama ingin aku ceritakan padanya, tapi aku begitu ragu. Lalu, tentang aku
yang tahu kini ia berada di Luar Negeri. Selain aku tahu dari status-status
fb-nya, aku juga tahu informasi itu dari
salah satu saudaraku yang juga gurunya pada saat ia bersekolah di SMK.
salah satu saudaraku yang juga gurunya pada saat ia bersekolah di SMK.
Ketika omku berkunjung suatu hari, ia mulai menanyakan soal
fujisawa.
“Sal, fujisawa itu temanmu ya?”
“Fujisawa? Oh iya, dia teman SMP-ku”
“Iya, katanya juga pernah sekelas denganmu kan?"
“Iya om, waktu kelas tujuh kami pernah satu kelas”
Beberapa kali ketika omku berkunjung ke rumah, ia
membicarakan fujisawa.
“Sal, Fujisawa akan pergi ke jepang”
“Oh, untuk apa om?”
“Dia akan bekerja disana, kini ia sedang mengikuti pelatihan
di Yogyakarta”
“Wah...bagus itu... jauh sekali ya, jepang...”
Hmm... jepang. Tempat yang paling kuinginkan pergi kesana.
Aku tidak memikirkan lebih jauh tentang hal ini, maksudku fujisawa yang pergi
ke Jepang. Karena pada saat itu, fokusku pun berbeda, ada yang lain.
Fujisawa, seseorang yang bertahun-tahun lalu pernah menjadi
mozaik yang terlupakan, kini muncul kembali dengan sebuah percakapan panjang.
Mengesankan. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar