Sabtu, 03 Januari 2015

Mozaik Ketiga (Fujisawa)

Fujisawa. Ini adalah nama samaran. Dia adalah salah satu teman sekelasku ketika SMP kelas tujuh. Kami berdua sama-sama pendiam dan tidak pernah mengobrol atau apa. Tidak akrab sama sekali. Tetapi aku pernah ..... padanya. Sejak kapan? Sejak kami satu kelas. Cerita lama. Lupakan.

Suatu hari saat masih kelas tujuh itu, ada seseorang yang meng-SMS ku. Orang itu mengaku-ngaku sebagai fujisawa. Tentu saja aku merasa senang. Akhirnya orang yang tidak pernah menyapaku sedikitpun bisa menyapaku kali ini, meski hanya lewat sebuah pesan. Beberapa hari, aku bertukar pesan dengan seseorangyang kuanggap Fujisawa tersebut dan aku percaya bahwa dia itu memang fujisawa. Tapi beberapa hari berikutnya aku mulai curiga. Karena fujisawa dengan kata-katanya di SMS sangat berbeda dengan fujisawa yang terlihat pada kenyataannya (di kelas). Dia tidak pernah melihatku sedikitpun. Pernah sekali aku menyapanya saat sepulang sekolah. Tapi respon cuek yang kudapatkan. Seperti tidak pernah mengobrol denganku sebelumnya. Aku mulai tidak percaya. Akhirnya aku memaksa pada sosok dibalik SMS itu untuk mengaku siapa dia sebenarnya. Dugaanku benar. Dia bukan fujisawa. Dia adalah Kitano (nama samaran) teman sekelasku yang lain. Tidak begitu baik perasaanku setelah tahu hal itu. Entahlah.

Enam tahun berlalu. Kami sudah lulus SMA sekarang. Orang-orang sibuk dengan hidupnya masing-masing, ada yang kuliah, bekerja, bahkan yang sudah menikahpun ada (kebanyakan teman perempuanku semasa SD/SMP). Sepanjang tahun itu aku sudah melihat beberapa teman SMPku di media sosial. Tapi hanya beberapa yang saling berkirim pesan, menyapa, atau sekedar bertanya kabar dan seterusnya. Yang lainnya, aku hanya melihat mereka dalam status-status mereka yang melintas diberandaku. Termasuk fujisawa, yang tidak pernah berkirim pesan denganku, hanya sesekali saling melike, mengkomentar, atau mengucapkan selamat ulang tahun di wall kita satu sama lain.
Senin, 29 Desember 2014 (22:00)
Malam itu aku tidak bisa tidur. Padahal ini sudah cukup larut. Aku memutukan untuk online sehingga mataku bisa cepat tertidur. Ada beberapa teman yang aktif saat itu.  Termasuk fujisawa. Iseng aku memulai percakapan.
“Fujisawa... jam berapa disana sekarang?”
“jam 02.00 dini hari sal..”
“wah.... berarti kamu bergadang ya”
“iya mumpung libur, kamu sendiri belum tidur?"
“iya, belum ngantuk.”

Dan seterusnya hingga percakapan itu merupakan percakapan terpanjang yang pernah kita lakukan selama enam tahun terakhir. Iya, karena itu pertama kalinya bisa mengobrol selama itu dan begitu banyak topik sudah kami bahas. Ajaib.
Didalam percakapan itu aku bercerita semuanya. Tentang si pengirim SMS misterius yang mengaku-ngaku sebagai dirinya beberapa tahun lalu. Sudah lama ingin aku ceritakan padanya, tapi aku begitu ragu. Lalu, tentang aku yang tahu kini ia berada di Luar Negeri. Selain aku tahu dari status-status fb-nya, aku juga tahu informasi itu dari
salah satu saudaraku yang juga gurunya pada saat ia bersekolah di SMK.
Ketika omku berkunjung suatu hari, ia mulai menanyakan soal fujisawa.

“Sal, fujisawa itu temanmu ya?”

“Fujisawa? Oh iya, dia teman SMP-ku”

“Iya, katanya juga pernah sekelas denganmu kan?"

“Iya om, waktu kelas tujuh kami pernah satu kelas”

Beberapa kali ketika omku berkunjung ke rumah, ia membicarakan fujisawa.

“Sal, Fujisawa akan pergi ke jepang”

“Oh, untuk apa om?”

“Dia akan bekerja disana, kini ia sedang mengikuti pelatihan di Yogyakarta”

“Wah...bagus itu... jauh sekali ya, jepang...”

Hmm... jepang. Tempat yang paling kuinginkan pergi kesana. Aku tidak memikirkan lebih jauh tentang hal ini, maksudku fujisawa yang pergi ke Jepang. Karena pada saat itu, fokusku pun berbeda, ada yang lain.

Fujisawa, seseorang yang bertahun-tahun lalu pernah menjadi mozaik yang terlupakan, kini muncul kembali dengan sebuah percakapan panjang. Mengesankan. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar