Jumat, 30 Januari 2015

Mozaik Keempat (Islamic Rose Book & Linda D. Delgado)

Aku juga bertemu mozaik lainnya. Tentang Novel “Islamic Rose Book” kesukaanku pada saat aku duduk dibangku kelas 6 SD semester akhir. Begitu senangnya membaca buku itu. Ada banyak petualangan dan hal-hal baru yang luar biasa yang kudapatkan dari ceritanya. Juga sebuah persahabatan yang unik. Hijab-Ez, best Friend Forever. Untuk lebih lengkapnya kalian bisa lihat sinopsis novel ini 

Aku senang ketika bisa menemukan akun bernama Linda D. Delgado di facebook yang juga adalah penulis buku tersebut. Oh, itu sudah cerita lama, 7 tahun berlalu aku masih bisa dipertemukan dengannya meski hanya lewat sosial media. Lebih bahagia lagi ketika bisa chatting dengannya.. Chat-ku yang pertama adalah sekitar 3 tahun lalu. Aku mengatakan aku menyukai seri bukunya, Islamic rose book. Dia bertanya, judul mana yang paling aku sukai?  dia menyebutkan judul setiap serinya satu per-satu
1.       Tamu asing di rumah nenek (The Visitors),
2.       Sahabat yang datang dan pergi (Hijab-Ez Friends)
3.       Kisah orang-orang teladan (Stories)
4.       Perpisahan yang indah (Saying Goodbye)

Dan aku menyukai..........SEMUANYA. :) Akhirnya Linda D. Delgado termasuk kedalam mozaik hidupku yang pernah ada, lalu muncul kembali pada satu hariku yang tidak disangka. Beberapa bulan lalu aku kembali menyapanya, dan pesan itu masih sempat dilihat, meski tidak dibalas, setidaknya aku tahu dia masih ada disana, membaca pesanku.

Kamis, 22 Januari 2015

Di Khusyuk Fajar



"Biar kujumpa senyummu di khusyuk fajar
Merekah bersama mandi cahaya mentari
Sehangat kata menyelimutiku
Setenang senyum pelega hati"

Mayastika Salma, 16/01/15

Ketika

Ketika seorang sahabat menyembunyikan berita bahagianya dibelakangmu.
Ketika kamu kecewa karena teman-teman yang kamu rindukan tiba-tiba tidak bisa bertemu denganmu.
Ketika seseorang yang kamu tunggu tiba-tiba memberikan tanda bahwa dia akan segera menikah.
Ketika teman mengobrolmu akan pergi jauh dan kini ia berubah.
Ketika seseorang yang tiba-tiba hadir dimimpimu semalam, membangkitkan ingatan masalalu yang tidak seharusnya diingat.
Ketika merasa sendirian.
Ketika merasa ditinggalkan.
Ketika merasa diuji.
Kamu perlu ingat satu hal bahwa ada yang tidak pernah pergi, tidak pernah jauh, tidak pernah meninggalkanmu.
Adalah Allah.
Allah dekat saat kamu menjauhi-Nya.
Allah dekat ketika mereka jauh darimu.
Allah dekat ketika orang-orang disekelilingmu pergi.
Allah yang memberikanmu sepi, Allah juga yang menghadirkan orang-orang yang kamu sayangi.
Allah yang memberikanmu ujian, agar kamu lebih kuat dan lebih dekat dengan-Nya.
Allah yang menyadarkanmu bahwa kehadiran-Nya begitu dekat, tanpa perlu mengkhawatirkan orang-orang disekelilingmu meninggalkanmu.
Allah ada, bersamamu, dihatimu.
Dekatlah, maka Allah akan lebih dekat.

Selasa, 13 Januari 2015

Thanks for always being there, Kazoku.

Hari kelima saat sakit.

Hari itu aku bangun ketika adzan subuh berkumandang, sama seperti doaku sebelum tidur, aku ingin bangun pada saat adzan subuh. Subhanallah, Allah mengabulkannya. Segera aku bangun, dan mengambil air wudhu, lalu shalat sunnah dua rakaat, dilanjut shalat subuh. 

Hari itu, meskipun fase demam sudah berakhir, tapi masih ada beberapa hal yang masih terasa, aku masih harus beristirahat. Tubuhku belum 100% fit kala itu, aku belum diizinkan mengajar. Oleh karenanya, kuputuskan hari itu untuk beristirahat saja agar badanku terasa lebih baik. 

Selesai membaca surat Ar-Rahman dan Al-Mulk dari Mushafku, aku lekas tidur dibalik selimut. Udara sangat dingin, maklum disini daerah yang dikelilingi pegunungan. Awalnya memang sulit untuk tidur, karena pusingku belum sepenuhnya hilang. Tapi setelah berusaha, akhirnya aku berhasil. 

Sampai menjelang pagi aku masih tertidur, sedikit bangun sebentar, kemudian tidur lagi. Dan disinilah aku bermimpi. Seperti nyata. Dalam mimpiku aku membuka mataku dan bangun dari tidurku, ada seseorang yang membuka pintu, ibuku, rupanya. Kapan dia datang? Akhirnya ibuku masuk dan membawa beberapa makanan, aku ikut makan bersamanya, ada banyak sekali cemilan yang ia bawa saat itu, termasuk ice cream coklat. Oh aku senang sekali, aku mengobrol banyak sambil terus makan makanan tersebut. Melegakan rasanya, ibuku datang ketika aku sakit. Tapi.......... sampai akhirnya aku benar-benar membuka mataku. Ternyata aku hanya bermimpi. Aku memutuskan untuk tidur kembali.

Ini mimpi kedua. Dalam mimpiku, aku tidak sedang tidur, melainkan sedang bersama kedua saudariku. Satu kakak perempuan dan satu adik perempuan. Mereka rupanya baru mengunjungi kamarku (karena aku tinggal bersama saudaraku yg lain). Pada saat itu mereka mengatakan padaku bahwa mereka lapar. “Hmm.. tunggu, akan kuambilkan makanan” kataku, lekas aku membuka pintu kamarku, untuk mengambil makanan, tapi yang ada disana seperti sedang ada suatu acara. Ha? Mengapa bisa begini? Kututup kembali pintu dan aku berbalik ke arah kedua saudariku, tapi.... mereka tidak ada. Aku membuka mataku, ternyata ini hanya mimpi (lagi). Dua kali aku bermimpi bertemu dengan keluargaku, tapi pada kenyataannya mereka tidak ada. Aku benar-benar merasa kesepian sekarang. Hmm... kulihat jam, masih jam 9 pagi. Aku belum merasa cukup untuk beristirahat, kepalaku pun masih terasa pusing. Oleh karena itu kuputuskan untuk tidur kembali.
Aku bermimpi lagi. Kali ini  suara pintu kamar diketuk.

“Aunty.........Aunty............Aunty..........”

Begitulah suara yang berasal dibalik pintu kamarku yang diketuk. Suara afka, keponakanku yang laki-laki. Afka? Mengapa dia ada disini? Dengan suara lucunya ia terus memanggilku. Dengan panggilan “Aunty”-nya yang khas. “Anteeeeee...” Oh. Aku hafal sekali suaranya. Suara yang tidak pernah karam dari ingatanku, suara yang langsung mengingatkanku kepada si lucu, afka. Aku berusaha bangun dan hendak membukakan pintu, tapi lagi-lagi aku tersadar, ini semua hanya mimpi. Kubuka mataku perlahan, tidak ada. Tidak ada afka. Pada saat itu pintu kamarku sudah terbuka sedikit, rupanya bibi dibalik sana. 

“Neng, bibi sudah 3x mengetuk pintu, ternyata neng tidur”
“Oh iya bi, maaf...”

Sejak saat itu, aku benar-benar merindukan mereka, keluargaku. Aku yakin mereka pun merindukanku. Merindukan kami kumpul bersama-sama. Terima kasih sudah hadir  meski hanya dalam mimpiku. Thanks for always being there, kazoku.

Akan kujumpai dirimu

Akan kujumpai dirimu
Dibalik semak savana yang jarang jarang itu
Atau dilembuat awan berbentuk kelinci
Semua akan kucari

Aku percaya
Senyummu berasal dari cahaya
Karena ketika itu terjadi
Seperti dunia menyinariku, hangat rasanya

Kau tau hujan?
Ketika orang lain hanya melihat dan mendengarkan,
Aku merasakannya. Ada rintikkan yang jatuh tergesa memburu tanah, seperti perasaan seseorang yang sangat ingin bertemu. Apa itu berarti.......sebuah pesan rindu? Mungkin saja.

Aku berharap bisa melihatmu
Dibalik semak savana atau diatas awan sama saja
Karena kau hanya untukku
Dan akan tetap menjadi indah, selamanya

Musim Gugur


Perlahan kupatri selaksa janji
Kuharap tak ada salur-salur benci
biar kukuh, rapat, tiada daya terpecah
biar mimpi terjamah sebuah penentuan

Kujumpa setitik asa dalam ribuan bayang semu
Hadir tersirat membentuk sebuah pilihan
Hilang kuasa, 
aku terjatuh kedalam sebuah lubang kesempatan

Satu persatu mozaik itu berterbangan
Mengkhianati jiwa, menghempaskan kelu pada hati yang pasrah
Seperti musim semi yang enggan bertemu musim gugur
Walau bagaimanapun, ia harus berlalu

Kini, aku si musim gugur, siap kembali menghadapi perputaran
Untuk melihat daun-daunku berubah seiring waktu
Untuk berani merasakan dunia lebih keras lagi
Untuk melihat,  bahkan menjadi semua musim tanpa rasa takut

Inilah aku, si musim gugur.

Sabtu, 03 Januari 2015

Melihatnya


Seperti siklus


SemangArt

SemangArt, meski masih harus banyak belajar! 

Hand

3D Glasses

Add caption

Mask

Mozaik Ketiga (Fujisawa)

Fujisawa. Ini adalah nama samaran. Dia adalah salah satu teman sekelasku ketika SMP kelas tujuh. Kami berdua sama-sama pendiam dan tidak pernah mengobrol atau apa. Tidak akrab sama sekali. Tetapi aku pernah ..... padanya. Sejak kapan? Sejak kami satu kelas. Cerita lama. Lupakan.

Suatu hari saat masih kelas tujuh itu, ada seseorang yang meng-SMS ku. Orang itu mengaku-ngaku sebagai fujisawa. Tentu saja aku merasa senang. Akhirnya orang yang tidak pernah menyapaku sedikitpun bisa menyapaku kali ini, meski hanya lewat sebuah pesan. Beberapa hari, aku bertukar pesan dengan seseorangyang kuanggap Fujisawa tersebut dan aku percaya bahwa dia itu memang fujisawa. Tapi beberapa hari berikutnya aku mulai curiga. Karena fujisawa dengan kata-katanya di SMS sangat berbeda dengan fujisawa yang terlihat pada kenyataannya (di kelas). Dia tidak pernah melihatku sedikitpun. Pernah sekali aku menyapanya saat sepulang sekolah. Tapi respon cuek yang kudapatkan. Seperti tidak pernah mengobrol denganku sebelumnya. Aku mulai tidak percaya. Akhirnya aku memaksa pada sosok dibalik SMS itu untuk mengaku siapa dia sebenarnya. Dugaanku benar. Dia bukan fujisawa. Dia adalah Kitano (nama samaran) teman sekelasku yang lain. Tidak begitu baik perasaanku setelah tahu hal itu. Entahlah.

Enam tahun berlalu. Kami sudah lulus SMA sekarang. Orang-orang sibuk dengan hidupnya masing-masing, ada yang kuliah, bekerja, bahkan yang sudah menikahpun ada (kebanyakan teman perempuanku semasa SD/SMP). Sepanjang tahun itu aku sudah melihat beberapa teman SMPku di media sosial. Tapi hanya beberapa yang saling berkirim pesan, menyapa, atau sekedar bertanya kabar dan seterusnya. Yang lainnya, aku hanya melihat mereka dalam status-status mereka yang melintas diberandaku. Termasuk fujisawa, yang tidak pernah berkirim pesan denganku, hanya sesekali saling melike, mengkomentar, atau mengucapkan selamat ulang tahun di wall kita satu sama lain.
Senin, 29 Desember 2014 (22:00)
Malam itu aku tidak bisa tidur. Padahal ini sudah cukup larut. Aku memutukan untuk online sehingga mataku bisa cepat tertidur. Ada beberapa teman yang aktif saat itu.  Termasuk fujisawa. Iseng aku memulai percakapan.
“Fujisawa... jam berapa disana sekarang?”
“jam 02.00 dini hari sal..”
“wah.... berarti kamu bergadang ya”
“iya mumpung libur, kamu sendiri belum tidur?"
“iya, belum ngantuk.”

Dan seterusnya hingga percakapan itu merupakan percakapan terpanjang yang pernah kita lakukan selama enam tahun terakhir. Iya, karena itu pertama kalinya bisa mengobrol selama itu dan begitu banyak topik sudah kami bahas. Ajaib.
Didalam percakapan itu aku bercerita semuanya. Tentang si pengirim SMS misterius yang mengaku-ngaku sebagai dirinya beberapa tahun lalu. Sudah lama ingin aku ceritakan padanya, tapi aku begitu ragu. Lalu, tentang aku yang tahu kini ia berada di Luar Negeri. Selain aku tahu dari status-status fb-nya, aku juga tahu informasi itu dari