Subhanallah.
Hari
ini aku belajar mengerti. Kesabaran itu memang berbatas, tetapi ketika hal yang
harus kita hadapi dengan sabar itu datangnya setiap hari, tanpa lelah dan
henti, kesabaran itu juga harus dilakukan setiap hari, tanpa lelah dan henti pula.
Baru
kali ini aku menemui seorang anak yang luarrr biasa. Luar biasa karena kupikir
Allah mengingatkan kita untuk selalu bersabar dalam setiap keadaan apapun, dalam
keadan menyenangkan maupun sulit. Melalui anak ini Allah memberikan ujian
kepada orang-orang yang berada disekitarnya untuk belajar mengerti arti
kesabaran, kelembutan dan kasih sayang. Hal-hal yang sepertinya memang harus
ditunjukkan kepadanya setiap saat. Tak peduli bagaimana sikap ia terhadap kita.
Karena dia hanyalah seorang anak. Dan anak adalah karunia yang harus dijaga dan
dididik dengan baik. Dengan kasih sayang.
Dari
lingkungan hidupnya anak-anak belajar. Keluarga merupakan faktor yang paling
utama bagaimana anak itu terbentuk. Karena keluarga merupakan orang-orang yang paling sering ditemuinya setiap hari. Bagaimana
cara orang tua mengajarkan anaknya sangat
berpengaruh terhadap anak tersebut.
Jika anak banyak dicela,Ia akan terbiasa menyalahkan.
Jika anak banyak dimusuhi,
Ia akan terbiasa menentang.
Jika anak dihantui ketakutan,
Ia akan terbiasa merasa cemas.
Jika anak banyak dikasihani,
Ia akan terbiasa meratapi nasibnya.
Baca
selengkapnya ""Dari Lingkungan Hidupnya Anak-Anak Belajar"
(Kutipan Oleh Dorothy Law Nolte)
Aku
belajar mengerti. Ketika lingkungan sudah mempengaruhi . Ketika kata dan bahasa
sudah terlanjur mengikat hatinya. Ketika sikap yang tercontoh dalam kehidupan
sehari-hari sudah berhasil melekat dalam jiwanya. Ia akan menjadi seperti apa
yang ia bayangkan, ia terapkan, ia lihat. Ia akan menjadi dia yang sudah
terlanjur memiliki karakter seperti itu, berkat lingkungan.
Sedikit
cerita. Anak luar biasa yang kuhadapi ini bukan anak yang (maaf) cacat mental
atau cacat fisik seperti anak luar biasa pada umumnya. Anak ini
normal. Hanya saja yang seperti tadi kubilang, lingkungan telah mempengaruhinya sehingga dalam jiwanya sudah melekat ratusan anggapan yang menurut dia hal-hal tersebut pantas dilakukan.
normal. Hanya saja yang seperti tadi kubilang, lingkungan telah mempengaruhinya sehingga dalam jiwanya sudah melekat ratusan anggapan yang menurut dia hal-hal tersebut pantas dilakukan.
Mungkin
sebagian dari kalian wajar melihat anak yang bisa dibilang ‘nakal’. Nakal wajar, sebatas nakal anak-anak
akupun sudah pernah melihatnya. Banyak kasus semacam itu. Hanya saja aku baru
menemui yang semacam ini. Aku baru melihat dan mendengar bahkan merasakannya
sendiri, seorang anak (kelas 3 SD) berkata kasar dan mengeluarkan bahasa yang
sangat tidak pantas untuk dilontarkan terhadapku, didepan mataku, secara sadar,
saat statusku disana sebagai gurunya. GURUnya. Aku yakin ia melakukan itu
padaku pasti ada alasannya. Tapi aku lebih yakin lagi pada saat itu kami sedang
baik-baik saja, belajar seperti biasa bahkan aku sedang mengetes salah satu
muridku mengaji iqro di depan.
Ia juga
pernah menyembunyikan sepatu milik temanku (yang juga GURUnya) diatas genting
masjid, melemparkan sepatu temannya ke kolam, dan ia kerap kali menjadi
penyebab terjadinya perkelahian tanpa sebab dikelas. Perkelahian TANPA SEBAB. Entah
dia selalu merasa terhebat atau apa, dia kerap kali menantang temannya
berkelahi. Dan masih banyak lagi kenakalan yang tak bisa kuceritakan darinya. Aku
tak ingin mempersulitnya dengan sejumlah kata yang menceritakan tentang kisah
luarr biasanya. Jangan jadikan kata-kataku yang tidak baik sebagai doa Ya Allah..
Aku
heran, heran, karena mungkin aku baru melihat pemandangan seperti ini selama
hidupku. Dan sudah dua bulan lebih anak istimewa itu melakukannya hampir setiap
hari. Dan Jika belum habis waktuku, aku akan melihatnya bertahan sampai kelas 6
SD. Keep fighting!
Apa
boleh buat. Semua sudah terjadi dan mengikat. Ia dan lingkungan yang
terdahulunya sudah menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Tapi............
Jangan pernah menyerah!! Masih ada setetes asa. Sepercik harapan untuk mengubah
bagaimana membuat ia dan hidupnya terang kembali dan terhindar dari segala
macam anggapan yang memperkeruh jiwanya.
Ia
boleh bermain di lingkungan manapun. Ada sebagian lingkungan yang bisa jadi
memperlakukannya sedemikian keras. Tapi tidak disini, di sekolah sederhana kami
yang rajin ia hadiri setiap harinya (Ia memang murid ter-luar biasa di kelas
kami, tapi ia juga merupakan murid terrajin yang tak pernah absen meski sering berkata
padaku akan keluar dari sekolah ini -_-)
Setidaknya
jika lingkungan lain dapat menjatuhkannya, disini tidak. Kami berusaha yang terbaik. Sekaligus melatih
kesabaran untuk menjadi seorang ibu kelak. Bukan hanya untuk diri kami semata, tapi juga
untuk mereka, terutama dia. InsyaAllah Allah kan bukakan
jalan untuk setiap niat baik, termasuk meluruskan akhlaq yang sudah terlanjur bengkok, meskipun dalam
waktu yang lama, walau dengan cara apapun, dan bagaimanapun, kami akan terus mencoba dengan cara belajar
mengerti arti kesabaran setiap hari, bahkan setiap saat, InsyaAllah.
Selalu ada hujan setelah kemarau panjang. Dan selalu ada pelangi setelah hujan.
Kesabaran
memang berbatas, tapi berusahalah untuk melakukannya secara terus menerus tanpa
batas :’)
Bandung, 20 November
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar