Senin, 27 Januari 2014

Oktober Tahun Lalu



Oktober tahun lalu aku ditakdirkan untuk mengawali semuanya. Segala tindakan yang tak pernah kulakukan sebelumnya, terjadi begitu saja. Hampir semua hari kukumpulkan tanda dan arti dari setiap rekaman mata ketika kita bertemu sepihak, melihat sepihak, tersenyum sembunyi sepihak, dan segalanya yang sepihak itu adalah aku.
Hari-hari kulakukan seperti sedang melukis sebuah gambar. Awalnya hanya titik, ini kuartikan sebagai potret saat pertama kali melihatmu. Kemudian menjadi garis tipis, ketika sosokmu mulai menjadi pasar malam dalam otakku; ramai. Selanjutnya mengarsir bagian yang kosong, ketika bisa memandangimu dari kejauhan dan intensitas bertemu sepihak mulai bertambah, ini membuat suasana baru yang manis. Lalu berkembang menjadi gradasi-gradasi halus, ketika mulai mencari tahu siapa kau sebenarnya. Begitu seterusnya sampai aku bisa menebalkannya dengan rapi, ini kubaca sebagai percakapan kami yang mulai dekat, meski hanya dalam ribuan pesan terkirim. Mungkin aku tak yakin, karena frekuensi pesan terkirimlah yang mendukung kami. Mengingat pertemuan nyata hanya sesekali terjadi (Ini bukan sepihak lagi).
Tetapi, setiap gambarpun tak selalu mulus sesuai harapan. Selalu ada rintangan dan kesalahan. Ketika aku begitu menginginkan sebuah gambar yang bagus, kuhapus berulang kali hingga akhirnya bukan gambar indah yang kudapatkan, tapi sebaliknya; semua tak rapi lagi dan kertas yang kupunya hanya satu. Artinya, mungkin aku mengingkari janji yang tak ada, melihat keluar batas perasaan dan tanpa sadar mengubahnya menjadi ego, hingga akhirnya kesempatan tunggalku tak dapat kuraih dengan baik. Aku mengawalinya sejak awal, dan tanpa akhir aku memulainya kembali, detik ini.
06/11/2013
@mayastikasalma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar