Senin, 15 Desember 2014

Dunia


Bagaimana bisa kita disuguhkan dengan begitu banyak kepalsuan. Kata dan warna yang tak sesungguhnya melekat disana, menjadi pemandangan pahit yang harus kunikmati. Sampai mereka begitu terlena dan terpesona.
Ah, andai, satu saja disekeliling mereka, hal kecil seperti........... dinding tempat mereka melihat suasana itu berkata, “Tempat ini bukan keaslian yang sebenarnya, ini dua, tiga bahkan ribuan dunia yang berbaur menjadi satu, namun dengan bagaimana caranya dapat terlihat begitu samar, bahkan sama sekali tak terlihat. Ini bukan dia, tapi sebagian dari mereka yang tak kalian ketahui”.
Tapi ia mengaku bahwa ia adalah ia. Pengakuan yang kontras dengan tumpukan rahasia dibaliknya.
Tapi kebanyakan dari kita terlalu menutup mata dan telinga, lebih senang pura-pura tak melihat, lebih suka merasa ini menyenangkan ketimbang sebuah kenyataan bahwa ini pahit. Ya, memang, terkadang dunia ini begitu naif, naif tapi sesungguhnya ia tau, ia melihat, ia merasakan. Hanya tak ingin terlihat begitu berbeda, maka mereka melakukan hal yang sama, hal yang disukai banyak orang, hal yang membuat mereka terlihat begitu agung, termasuk tempat ini.

Tetaplah memeluk mimpi-mimpiku

 
Aku tidak pernah menyangka bisa berjalan sejauh ini. Ah, kurasa ini tidak terlalu jauh, hanya berada sedikit lebih jauh dari garis start. Maha Baik Allah, telah menggulirkan hidupku sebagaimana mestinya. Memberikan kesempatan demi kesempatan yang begitu membuatku menemukan segalanya. Aku bisa melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Tanpa harus kucari hingga titik darah penghabisan. Aku bisa mengenal ribuan arti dari banyak hal. Belajar mengenal segalanya.
Terima kasih Allah, tetaplah bersamaku, memelukku serta mimpi-mimpiku. Agar aku selalu bisa berjalan pada jalan yang telah engkau sediakan.Aamiin

Aku melihatnya sekali lagi.


Aku melihatnya sekali lagi.
Dengan kesempatan yang belum kusadari sepenuhnya.
Padahal, kebaikan ada didepanku, kemarin, atau saat ini sama saja. Hanya perlu kusadari tanpa harus pergi pura-pura tak mengerti.
Melihatnya membuatku belajar menemukan hal-hal terbaik yang memang seharusnya kulakukan.
Hanya dengan melihatnya membuatku sadar, kembali adalah jalan paling terbaik.
Andai saja aku bisa melihatnya seumur hidupku.
Tapi diberikan kesempatan seperti ini saja sudah bersyukur. 
Jangan menawar, berdoalah untuk mendapatkan yang paling baik, lebih baik, hingga terbaik. 
Semoga dengan melihatnya aku bisa lebih dekat dengan-Nya.
Mungkin seharusnya terbalik, baiklah, aku akan memulainya, InsyaAllah.


Sabtu, 13 Desember 2014

Seperti Daur Ulang.

Dan kamu, pelukis cerita yang tak kunjung henti.
Menjadi bagian dari siklus datang dan pergi.
Sementara aku? kepingan mozaik yang hilang.
Sederet memori kini tak lagi terpasang rapi bak puzzle saling melengkapi.
Tapi hilang sebagian, bahkan kacau.
Aku tak menyesalinya.
Semua seperti daur ulang.
Waktu berlalu kemudian kembali.
Menukar hal yang sama dan mengisi bagian yang rumpang.
Waktu begitu bahagia mengulur, dan dunia tak sabar menanti.
Hingga saatnya mereka mempertemukanku dengan hari dimana
kata terbaca tanpa samar, angan terbayar kenyataan, dan perjuangan terbalas nilai sebuah kebahagiaan.
Sabar itu sulit, tapi berbuah manis.

Rabu, 10 Desember 2014

Ikhwan - Akhwat - Ta'aruf Oleh Ustadz Felix Siauw

(Repost from : Ustadz Felix Siauw

01. ada temen nanya, mas kalo ta'aruf trus ajak jalan2 beduaan gitu boleh nggak dalam Islam?, sy jawab "nggak, maksiat tu namanya, khalwat"

02. "dlm Islam khalwat (dua2an tanpa mahram) tu gak boleh, krn kata Rasul yg ketiganya setan" (makanya jgn deket2 org pacaran, dikira setan)

03. dia nanya lg "kl nelp2 aja, kan gak khalwat toh mas?" >> sy jwb "sama aja, berdua2an di dunia maya, sayang2an, terbuai2an, pliss deh!"

04. dia gak puas "kl ta'aruf disitu ada adiknya yg SD boleh nggak?" >> sy jawab "nggaaaaak! (sambil *jitak) sama aja itu mah"

05. dia tobat lalu nanya "jadi gmn dong mas?" >> sy jwb "datengi ayah ibunya, ngobrol ttg rencanamu mau nikahin anaknya, be a man"

06. eh dia nanya lg "kan ta'aruf sama orangnya bukan bpk/ibuny? >> sy jwb

Selasa, 09 Desember 2014

Percayalah Semua Akan Indah Pada Waktunya :)

Biar kutemukan waktu dimana kata terselip rapi tanpa terutara dengan semena-mena. Dimana rasa bersabar dan membantu mengendalikan suasana. Dimana doa terpanjat lebih baik lagi. Serta harapan terangkai dengan tulusnya tanpa ambisi yang berapi-api.
Biarlah orang-orang yang datang dan pergi silih berganti mencoba membolak-balikan rasa, melempar senyum dan meninggalkan luka. Tetaplah hidup didalam siklus tanpa harus terbuai dan terlena. 
Seperti pelangi yang muncul setelah hujan, seperti musim hujan yang hadir sehabis kemarau panjang, seperti mentari bersinar setelah gulita hilang, percayalah semua akan indah pada waktunya :)

Kutipan by Setia Furqon Kholid

Katakan yang benar walau pahit.
Lakukan yang benar walau berat.
Jauhi maksiat walau terlihat indah.
Jauhi dosa walau terkesan baik.
Dosa itu yang membuatmu gelisah.
Iman itu yang membuat dirimu yakin.
Tanyalah pada hari nuranimu.
Moga kita selalu istiqomah di jalan kebenaran.
Aamiin

Senin, 08 Desember 2014

Kutipan Novel Edensor Karya Andrea Hirata

 
"Aku ingin mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecah misteri dengan sains". 
"Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka". 
"Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai, dan berpencar ke arah yang mengejutkan". 
"Aku ingin ketempat-tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing. Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan bintang gemintang". 
"Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin, dan menciut dicengkram dingin. 
"Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penakhlukan. Aku ingin hidup! Ingin merasakan sari pati hidup!"