Sabtu, 16 November 2013

Percakapan Kamis Siang

Percakapan kamis siang
FR              :”Ada rasa sakit di satu perahu yang tak kunjung menemui pelabuhan”
MS             :”Segera menepilah”
FR              :”Dalam ketiadaan? Ini bukan ranjang anak kecil yang penuh mimpi-mimpi indah”.
MS             :”Bermimpilah, selama gratis, apapun pasti berbuah jalan yang manis”
FR              :”Ketahuilah kepala ini sudah tak sebersih dulu. Mimpi, hanya akan memperburuk kenyataan”
MS             :”Bermain dengan imajinasi berbumbu harapan tidaklah salah, tetaplah bermimpi dan jangan hindari kenyataan. Mimpi itu menyenangkan.  Mimpi itu baik. Mimpi itu doktrin terpositif untuk otak penuh asap ini”.
FR              :”Mimpi itu buruk. Menyesatkan. Sebuah pendidikan tentang kemandirian. Kesendirian”.
MS             :”Mungkin bagi sebagian orang yang beristirahat dari mimpinya”.
FR              :”Dan kembali pada sebuah kenyataan, yang tidak beretalase atau tidak beranak cucu. Kebenaran yang satu, nyata, dan bukan simfoni”.
MS             :”Kenyataan adalah garis yang tajam. Tapi fantasi sebagai gradasi penghalus kerasnya hidup yang sudah terarsir”.
FR              :”Kenapa semua orang bersikeras menjadikan angin nyata,lalu tercekik oleh wujudnya?”.
MS             :”Tak semua. Ada yang memindai impian. Angin baik akan berhasil menyejukkan. Angin jahat sebaliknya, meruntuhkan karena keegoisan semata”.
FR              :”Ini bukan masalah angin berperingai. Tapi, ini tentang hal yang menyesatkan. Sebuah mimpi.yang merajakan seorang budak. Lucunya, akar tak mampu memanjat”.
MS             :”Mimpi itu baik, jika tak baik, itu bukan mimpi, tapi “keinginan” berbubuhi egoisme kecil yang kemudian membesar. Dimana keadilan?  Ketika mampu menyelaraskan harapan dengan realita. Ketika bermimpi menyenangkan dalam waras”.

Fakhrunnisa Ritma & Mayastika Salma
17/10/13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar